
Viralnesia – Masa-masa PDKT memang bisa jadi masa sulit, Rasa takut bercampur banyak pertimbangan seringkali menjadi faktor sulit PDKT yang akan di jalani dengan pasanga baru.

Orang dewasa itu lebih rumit. Mungkin karena alasan itu juga banyak di luar sana orang yang memilih mempertahankan pasangannya apapun yang terjadi, daripada harus putus dan mulai semuanya dari awal lagi sama orang baru.
Sebenarnya, itu alasan yang salah untuk mempertahankan sebuah hubungan. Pikiran malas PDKT dan mulai semuanya dari awal lagi itu merupakan tindakan tidak menghargai diri sendiri.
Kamu yang memilih demikian seperti tak sungguh-sungguh memperjuangkan kebahagiaanmu.
Baca Juga : 5 Fakta Kehidupan Penjara yang Sesungguhnya
Fakta orang dewasa sulit PDKT
1. Banyak yang dipikirkan
Semakin dewasa, kamu punya semakin banyak daftar pertimbangan mengenai kriteria pasangan idaman.
Belum lagi kamu pikir soal pernikahan, soal orang tuamu akan suka atau tidak, soal dia bisa sayang keluargamu atau tidak, kamu akan diterima keluarganya atau tidak, soal dia bisa menyayangimu apa adanya atau tidak, dan masih banyak lagi pertimbangan lainnya!
Waktu masih remaja kan, PDKT ya PDKT saja. Toh, pikiran akan masa depan belum seserius sekarang.
2. Prioritas sudah berbeda
Di usia dewasa, urusam hidupmu bukan lagi soal cinta-cintaan semata. Ada banyak hal yang perlu kamu urus, dan itu kadang membuatmu terpaksa mengesampingkan soal gebetan.
Well, tak jarang juga karena hal tersebut pada akhirnya proses PDKT berjalan alot karena gebetanmu bakal merasa diabaikan.

3. Kesibukan membuat kamu hanya punya sedikit waktu untuk proses saling mengenal
Kesibukan itu juga yang pada akhirnya ‘berkuasa’ untuk membatasimu dari urusan asmara. Sepengin-penginnya kamu mengurusi PDKT-mu sama gebetan, rasa pengertian tetap harus dikedepankan.
Kalau sudah ada pengertian, mungkin baru bisa berjalan lebih lancar. Hal ini juga berlaku dari dia ke kamu, ya.
4. Kamu berpatokan pengalaman kesalahan di masa lalu
Ada kemungkinan kamu nge-judge gebetan duluan berdasar impresi sesaat. Mengetahui ada fakta A, kamu langsung menyamakannya dengan pengalaman pribadi yang pernah kamu rasa, atau cerita orang terdekat yag serupa.
Huh, wajar sih kalau cerita kelam masa lalu jadi pelajaran, tapi kalau itu menutup hatimu untuk menyambut masa depan, berarti kamu memandangnya dengan cara yang salah.