yandex
Berita ViralTrending

Matahari Lockdown, Sejarah Terulang Lagi

Viralnesia – Para Penemu mengatakan matahari Lockdown, yang berpotensi menimbulkan berbagai bencana, seperti gempa bumi dan cuaca beku dan kelaparan. Menurut ilmuwan saat ini aktivitas permukaan matahari sedang turun drastis karena berada dalam periode solar minimum.

Fenomena Matahari Lockdown yang Mengulang Sejarah pada Tahun 1816.

Matahari Lockdown, Sejarah Terulang Lagi
Matahari Lockdown, Sejarah Terulang Lagi

Ternyata lockdown bukan saja istilah yang digunakan untuk sebuah negara saat Virus Corono seperti saat sekarang ini.

Menurut para ahli saat ini Matahari kita juga mengalami ‘lockdown’. Akibatnya, sinar matahari mengalami penurunan drastis yang ditandai dengan bintik matahari yang hilang.

Dilansir dari nypost.com pada Sabtu (16/5/2020), Matahari kita, yang merupakan pusat tata surya saat ini telah berada dalam periode ‘solar minimum’ atau ‘minimum Matahari’.

Related Articles

Dengan kondisi ini, maka para ahli percaya bahwa kita akan memasuki periode terdalam dari ‘resesi’ sinar Matahari, yang pernah tercatat sebagai bintik Matahari telah menghilang.

“Solar Minimum sedang berlangsung dan ini sangat dalam,” kata astronom Dr. Tony Phillips.

“Dalam hitungan, kondisi Matahari saat ini adalah salah satu yang terdalam pada abad ini.”

“Di mana medan magnet Matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya.”

BACA JUGA: Youtube Down Netizen Super Panik

Apakah Kita Harus Waspada?

jurnal-ilmu matahari lockdown
jurnal-ilmu matahari lockdown

Jawabannya ya. Sangat.

Sebab, ada beberapa dampak besar yang bisa terjadi.

“Hal ini dapat menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan mereka yang berada di kutub.”

“Lalu juga memengaruhi elektro-kimia atmosfer di atas Bumi dan dapat membantu memicu petir.”

Belum selesai.

Ilmuwan NASA itu khawatir bahwa kondisi ini bisa mengulang kejadian antara tahun 1790 dan 1830 yang disebut Dalton Minimum.

Di mana kondisi tersebut mengarah pada periode musim dingin yang brutal, kehilangan panen yang mengakibatkan kelaparan, dan letusan gunung berapi yang kuat.

Saat itu, kondisi suhu merosot hingga 2 derajat Celcius (3,6 derajat Fahrenheit) selama 20 tahun dan menghancurkan produksi pangan dunia.

Pada 10 April 1815, letusan gunung berapi terbesar kedua dalam 2.000 tahun terjadi di mana Gunung Tambora di Indonesia meletus dan menewaskan sedikitnya 71.000 orang.

Ini juga menyebabkan ‘Tahun Tanpa Musim Panas’ pada tahun 1816 dan ada salju di bulan Juli. Jika kamu merasa bosan dan ingin mencari keseruan tapi menghasilakan uang silakan daftarkan dirimu jadi member di Realbola karena kami akan mudah menang dan bisa Withdraw pada hari yang sama,

 

 

 

Related Articles

Back to top button